Minggu, 16 September 2012

Happy Working Mom: Kiat-Kiat Praktis Merawat & Mengasuh Anak untuk Ibu Bekerja




Happy Working Mom
Kiat-Kiat Praktis Merawat & Mengasuh Anak untuk Ibu Bekerja


Saya percaya setiap ibu bekerja memiliki alasan tersendiri mengapa mereka memutuskan untuk bekerja. Dari teman-teman sesama ibu bekerja, alasan yang paling banyak muncul adalah membantu suami mencari nafkah atau untuk tabungan pendidikan anak-anak nanti. Apa pun alasannya, menjadi ibu bekerja memang tidak mudah. Saat tumpukan pekerjaan di kantor menanti, saat itulah mungkin ada saja masalah yang terjadi di rumah; asisten pulang kampung,anak sakit atau masalah lain yang sangat mungkin mengganggu konsentrasi ibu dalam bekerja.

Buku ini saya tulis untuk berbagi pengalaman agar sahabat-sahabat saya yang memutuskan menjadi ibu bekerja atau sudah menjadi ibu bekerja bisa menikmati hari-hari menjadi ibu bekerja dan tetap berkarya namun bisa membagi waktu dengan baik untuk anak-anak tercinta di rumah.

Di akhir buku ini, saya juga mengajak suami saya untuk berbagi peran dengan istri yg bekerja. Jika dibalik sukses seorang suami karena ada dukungan istri, begitu juga sebaliknya. Peran dan dukungan suami sangat dibutuhkan agar semuanya berjalan dengan harmonis.


Salam,
 
Pondok Gede
 
Aprilina Prastari

Seru (Nggak)nya Jadi Copywriter



Seru (Nggak)nya Jadi Copywriter

Oleh Aprilina Prastari

Kapan sih terakhir kali kamu membaca buku tentang periklanan? Well, bisa dibayangkan pasti deh buku yang dibaca kebanyakan teori.

Berbeda dengan buku-buku ttg dunia periklanan lainnya, buku Seru (Nggak)nya Jadi Copywriter menyajikan suka duka manusia kreatif bernama Copywriter dengan bahasa yang sangat personal dan santai. 

Membaca buku ini kita tidak hanya menjadi tahu apa saja tugas seorang Copywriter tapi juga memahami kegalauan yang sering dihadapi seorang Copywriter.

Wah, Copywriter bisa galau juga? Eits, jangan dikira tugas Copywriter cuma menulis naskah iklan, hangout di café bareng orang-orang beken dan terima gaji besar. Justru selain nuansa kerja yg ajaib jg banyak hal tak terduga disana. Mulai dari adu kekuatan dengan Art Director (AD) sampai menghadapi Creative Director yang nyebelin.

Buku ini membuka pandangan baru pada pembaca akan permasalahan yang dihadapi seorang Copywriter dan turut memberikan solusinya. Buku ini bisa menjadi buku penyelamat para Copywriter muda supaya tahan banting menghadapi kerasnya dunia periklanan.

Buku ini dijamin berisi dan berimbang dengan hadirnya tulisan dari tokoh-tokoh dunia periklanan Indonesia dan kisah-kisah dari para Creative Director (CD),Art Director (AD), Account Executive (AE) dan juga Media.

Dengan membaca buku ini diharapkan pembaca memiliki gambaran mengenai seluk-beluk industri periklanan. Khususnya mahasiswa periklanan atau siapa pun, akan sangat membantu bagi mereka yg memang ingin terjun ke dunia periklanan, khususnya sebagai copywriter.

***

“Aprilina meretas profesi copywriter dengan kupasan yang anggun dan mengulasnya dari berbagai sudut dengan gaya penyajian yang bernas. Hasil akhirnya: sebuah iklan yang sangat jujur tentang profesi copywriter.”


Joko Santoso HP, Mantan Creative Director Leo Burnett Kreasindo &; Backerspielvogel Bates


“Buku ini bergaya etno, memotret copywriter lengkap dengan latar belakang lingkungan kehidupannya. Sosok copywriter tergambar begitu utuh. Suka, duka, obsesi, ekspektasi, tuntutan, bahkan suasana kerja pun tergambar dengan kompak.”


Djito Kasilo, Strategic Planning Consultant


“Buku ini akan sangat membantu para kawula muda untuk lebih mengenal seluk-beluk dunia periklanan–khususnya tim kreatif–serta layak menjadi referensi bagi para mahasiswa dan akademisi bidang Periklanan dan Ilmu Komunikasi.”


Fredy B. L. Tobing, Dekan FISIP UPN “Veteran” Jakarta


Hal yang Wajib dilakukan untuk Pengasuh dan ART Baru

Beberapa kali penculikan anak oleh pengasuh atau ART terjadi. Sebagai ibu, saya bisa memahami kerisauan para bunda bekerja yang harus meninggalkan buah hatinya bersama pengasuh atau ART. Apalagi kalau mereka baru bekerja.

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan untuk mengantisipasi hal itu agar tidak terjadi?

    Pertama, mintalah KTP atau tanda pengenal diri yang lain. Kalau Anda mengambil dari yayasan, seharusnya mereka bisa memperlihatkan KTP atau ijazah karena minimal pengasuh dari yayasan harus lulusan SMP.  Kalau mereka diambil dari penyalur, memang tidak semua pengasuh atau ART memiliki KTP atau ijazah. ART yang saat ini bekerja dengan saya pun demikian. Kalau ini yang terjadi, hubungi orang tuanya. Ini untuk mengecek apakah pengasuh atau ART benar-benar menggunakan nama asli. Kalau ART atau pengasuh tidak mau memberikan nomor telepon orang tuanya, Anda harus berhati-hati. O ya, untuk menghindari ia ‘menggunakan’ orang lain sebagai orang tuanya, mintalah nomor orang tuanya secara tiba-tiba dan langsung hubungi saat itu juga.

    Kedua, foto pengasuh atau ART. Supaya tidak merasa dicurigai, kita bisa meminta dia berfoto dengan anak kita saat sedang main, misalnya. Ini untuk mengantisipasi kalau terjadi apa-apa, kita memiliki fotonya.

    Ketiga, kenalkan pengasuh atau ART baru kepada tetangga, guru, dan satpam sekolah anak kita.

    Keempat, jika Anda meninggalkan anak benar-benar hanya dengan pengasuh atau ART tanpa ada keluarga yang mengawasi, mintalah bantuan tetangga terdekat untuk membantu mengawasi.

    Kelima, jangan mengambil ART dari jalan. Ada lho, tetangga ibu saya yang mengambil ART yang entah dari mana tiba-tiba datang dan ingin kerja. Berhubung tetangga ibu saya sangat butuh, orang ini dipekerjakan. Beberapa hari kemudian, kabur membawa perhiasan. Jadi, meskipun sangat butuh, jangan ambil resiko ini, ya. Kalau harus mengambil dari yayasan atau penyalur, carilah yang direkomendasikan teman atau tetangga.

    Keenam, dengarkan kata hati. Saat pertama kali bertemu, wawancara, Anda bisa merasakan apakah calon ART atau pengasuh ini memang tepat. Itu yang biasanya saya lakukan saat merekrut pengasuh atau ART. Selain mewawancarai, saya juga menggunakan perasaan. Cara dia bersikap dan berbicara juga menjadi salah satu catatan tersendiri apakah dia layak untuk mengasuh harta kita yang paling berharga.

    Terakhir, sama-sama berdoa, semoga Alloh SWT melindungi anak-anak kita. Amin. 

Merekrut Pengasuh dari Yayasan

Merekrut Pengasuh dari Yayasan 
 
(Tulisan ini diambil dari buku saya “Berdamai dengan Asisten di Rumah”, diterbitkan Elex Media Komputindo, 2009)


    Ada kawan yang bertanya, lebih bagus ambil dari yayasan atau penyalur, ya? Sebetulnya, tidak ada jaminan kalau mengambil dari yayasan lebih bagus dan sebaliknya. Kalau saya, lebih suka titip ke tetangga yang punya kenalan di kampung dan kenal baik dengan calon ART tersebut. Nanti, biar saya sendiri yang mengajari. Walaupun, ada juga pengasuh yang saya ambil dari yayasan dan bagus.
    Memang, dengan beberapa pertimbangan, ada sebagian ibu yang lebih nyaman mengambil pengasuh atau ART dari yayasan. Yang perlu dipahami, yayasan yang bagus belum tentu menjamin babysitter yang mereka siapkan juga bagus dan berkualitas. Ibu tetap memerlukan tes tersendiri agar yakin kalau pengasuh tersebut memang bisa bekerja sesuai dengan yang Ibu harapkan. 
 
Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kekurangan mengambil di yayasan. 
 
Kelebihan:
-  Pengasuh sudah disediakan (dengan catatan, kalau sedang ada). Ada yayasan yang memberlakukan system kontrak setahun; artinya selama setahun Ibu boleh mengganti pengasuh tanpa batasan waktu namun untuk perpanjangan kontrak, di tahun berikutnya, Ibu diwajibkan untuk membayar lagi.
-  Jika terjadi masalah, yayasan bisa diminta pertanggungjawaban. Yayasan yang bagus biasanya sudah mempunyai jaringan dengan orang-orang yang membawa pengasuh tersebut sehingga kenal dengan keluarganya dan memilki pengasuh cadangan. Tanyakan kepada mereka siapa sponsor yang membawa calon pengasuh tersebut.
- Yayasan yang baik juga sudah memiliki pengasuh yang terampil dan berpengalaman sesuai dengan yang dibutuhkan.
- Jika sudah kenal dengan pemilik yayasan, biasanya dia sudah tahu bagaimana karakter kita dan pengasuh seperti apa yang cocok untuk kita.

Kekurangan:
-    Biaya administrasi mahal dan jika bertemu dengan yayasan yang nakal, hal ini bisa menjadi permainan. Pengasuh diminta untuk bertahan hingga masa garansi habis, selepas itu pengasuh diminta keluar supaya majikan membayar lagi untuk pengambilan berikutnya.
-   Setiap bulan pengasuh diminta untuk membayar biaya administrasi bulanan ke yayasan sehingga membuat gajinya menjadi tinggi dan yang dirugikan tentu majikan karena biaya administrasi tidak berpengaruh untuk majikan.
-    Belum tentu gaji yang tinggi sesuai dengan kemampuan pengasuh.
-    Yayasan tidak bisa menjanjikan sepenuhnya akan memberi pengasuh pengganti.
-  Yayasan lebih banyak memerhatikan kepentingan pengasuh daripada majikan. Untuk itu bacalah perjanjian dengan teliti. Terutama soal jika Ibu tidak cocok dengan pengasuh sementara mereka belum memiliki penggantinya. 
 

Seputar Wawancara Calon Pengasuh atau Asisten
 
Sebelum memperkerjakan calon asisten atau pengasuh, luangkan waktu untuk bertanya pada mereka. Beberapa hal yang bisa Ibu tanyakan pada calon pengasuh atau asisten sebagai bahan pertimbangan:  

 
•    Alasan bekerja; apakah karena membantu orang tua di kampung, atau jangan-jangan baru saja putus sama pacar … Mereka mungkin tidak akan sejujur itu pada kita tapi setidaknya bisa memberi kita sedikit gambaran. Kalau orang yang bekerja karena pelarian biasanya tidak akan betah dan fokus bekerja. 
•    Kemampuan diri; kalau untuk asisten rumah tangga, pertanyaan umum biasanya bisa masak apa saja, mengurus rumah dan lain-lain. Kalau untuk pengasuh anak, rasanya daftar kemampuan dirinya harus lebih panjang. Terutama soal pengetahuan mereka tentang anak-anak. Sesuaikan dengan usia dan kondisi anak kita. Utarakan saja karakter anak kita seperti apa dan bagaimana calon asisten bisa mengatasinya. Misalnya kita punya anak susah makan. Kira-kira apa yang ia akan lakukan untuk membujuknya.
•    Kemampuan bekerjasama; bekerjasama tidak hanya dengan teman sekerja di rumah, tetapi  kerjasama dengan kondisi kita. Jika Ibu dan bapak sama-sama bekerja dan sepenuhnya mengandalkan urusan rumah dan anak kepada asisten, kita perlu mengetahui sejauh mana mereka bisa sejalan dengan ritme kerja kita. Kita bisa menanyakan; apakah sanggup jika mau mengundurkan diri bekerja harus sebulan sebelumnya, apakah keberatan jika pulang kampung saat lebaran tidak lama-lama, dan sebagainya.
•    Kepribadian. Setidaknya kita bisa melihat bagaimana calon asisten dari penampilan, sopankah bajunya, cara bicaranya, kebersihannya.
•    Pengalaman dengan majikan yang lama. Apa saja yang ia kerjakan di sana, mengapa ia keluar, bagaimana hubungan mereka sekarang.
•    Kehidupan keluarganya; orang tua, kakak, adik, mungkin juga pacar.

Semoga Bunda mendapat pengasuh atau ART yang bagus, ya.

Cerita Para Ibu Ttg PRT : Berdamai dengan Asisten di Rumah




SINOPSIS BUKU Berdamai dengan Asisten di Rumah
 
Ternyata banyak para ibu yang sering curhat kekesalan mereka dengan asisten di rumah. Hampir semua pernah mengalami adu mulut sampai adu otot dengan mereka. Ada yang punya asisten ingkar janji (katanya mau kerja lagi sehabis pulang kampung tapi malah nggak datang-datang), ada yang suka ngutil duit belanja, sampai yang lebih parah memarahi anaknya.

Wah wah .. Akhirnya terpikir oleh penulis, untuk dibuat buku saja. Yang isinya curhatan para ibu tentang para asistennya. Tapi bukan hanya curhatannya saja, melainkan solusi dan tip yang bisa dilakukan.

Naskah buku ini berisi kurang lebih 50 cerita para ibu yang berbeda-beda disampaikan dengan gaya bercerita dan memuat tip-tip terkait masalah yang dihadapi. Ada juga tip bagaimana mewawancara calon asisten/pengasuh baru, mencari dan memilih yayasan yang sesuai dan beberapa lampiran lain. 



Kakak Wafa, Kecil-kecil Punya Karya


Assalamualaikum Teman-teman,

Namaku Wafa Auliya Insan Gaib, biasa dipanggil Wafa. Aku lahir di Jakarta, 21 Juli 2002. Ayahku bernama Gaib Maruto Sigit dan bundaku bernama Aprilina Prastari. Hobiku membaca dan menggambar.

Aku sekolah di SDIT Iqro, kelas IV. Aku pernah menjadi juara 1 lomba Menulis Surat Untuk Ibu di SDIT Iqro 2009,Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Sekolah Islam se-Bekasi 2011. Puisiku yg berjudul “Isi Hati Bumi” pernah dimuat dalam Kompas Minggu di bulan Maret 2010. 

Di buku Komik Kecil-kecil Punya Karya/KKPK "Me VS Robot" aku menulis cerita berjudul "Kucing Biru". Tulisan-tulisan dari teman-teman lain juga ada dan pasti dijamin seru untuk dibaca!


Please Deh, Mom! “Solusi 10 Konflik Aktual Ibu dan Anak”


Please Deh, Mom! “Solusi 10 Konflik Aktual Ibu dan Anak”
Penulis: Aprilina Prastari
Penulis Ahli: Entin Nurhayati, M.Si, (Scientist Bidang Perkembangan)
Penerbit: Leutika


Konflik antara ibu dan anak kerap terjadi. Mama menghendaki anaknya bersikap seperti A, namun si anak menanggapi keinginan itu terlalu kaku.
Please Deh, Mom! memiliki tiga bab yang berisi curhatan para remaja tentang mama mereka, dan curhatan mama tentang anak remajanya.

Bagi sobat remaja yang butuh teman curhat, buku ini sangatlah tepat. Begitu juga bagi sang mama. Pengalaman yang dituturkan dalam buku ini akan menjadi bahan evaluasi tentang sikap kita terhadap orang-orang terdekat.
Lebih lengkapnya, Please Deh, Mom! juga menyajikan tips dan langkah-langkah bijak dari pakar pengembangan diri.

Sebagai penutup, penulis menyajikan satu bab eksklusif. Dalam bab akhir ini, sobat remaja bisa membaca beberapa pertanyaan dari teman remaja lainnya seputar: pergaulan sehari-hari, menyiasati perbedaan dengan orang tua, bagaimana cara menentukan pilihan setelah masa SMA, dan beberapa keluhan lainnya.

Jadi,jangan ragu untuk mencurahkan sebuah masalah, sebab Please Deh, Mom! adalah jawaban bagi kegelisahan mama dan sobat remaja.

Rabu, 12 September 2012

Tips Menulis


Mewawancarai Nara Sumber
 
    Untuk penulis non fiksi, mewawancarai nara sumber biasanya menjadi kegiatan yang harus dilakukan. Selain dari buku, media cetak dan internet, mendapat informasi langsung dari nara sumber yang kompeten bisa meningkatkan kepercayaan pembaca terhadap apa yang kita tulis.
Masalahnya, tidak semua nara sumber bisa dengan gamblang memberikan informasi yang kita butuhkan. Ada nara sumber yang menjawab sepotong-sepotong, meskipun ada juga nara sumber yang tanpa perlu ditanya sudah menjelaskan dengan panjang lebar. Untuk itu diperlukan kemampuan pewawancara untuk dapat menggali dan membuat pertanyaan yang memungkinkan nara sumber untuk menjawab dengan rinci. 

Menghadapi Nara Sumber
 
    Jika kita bertemu dengan nara sumber yang terbuka, ramah dan senang berbicara, bersyukurlah. Kondisi tersebut memudahkan kita sebagai pewawancara untuk menggali banyak informasi darinya. Tapi, hati-hati. Keasyikan mengobrol bisa membuat wawancara kita terlalu lebar dan tidak fokus pada inti pertanyaan. Jika nara sumber sudah melenceng dari pertanyaan, segera kembalikan lagi ke “jalurnya”.

    Sebaliknya, kalau kita bertemu dengan nara sumber yang kaku, apalagi jika baru pertama kali bertemu, dan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan sesuatu, bersyukurlah. Kondisi itu akan mengajarkan kita untuk pandai menggali pertanyaan. Jika bertemu dengan nara sumber tipe ini, buatlah kondisi yang nyaman dan santai. Jangan langsung bertanya serius, tapi mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang santai. Misalnya, kalau kita mewawancarai nara sumber di ruang kerjanya yang penuh lukisan, kita bisa memulai percakapan dari lukisan. Orang biasanya senang kalau ada orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama. Tapi, basa-basinya jangan terlalu lama, ya. Bisa nggak mulai-mulai nanti wawancaranya, hehehe. Jika nara sumber sudah terlihat nyaman,  barulah masuk ke pertanyaan inti. 

Menyiapkan pertanyaan
 
    Supaya tidak lupa dan semua hal yang kita ingin tanyakan tidak ada yang terlewat, buatlah daftar pertanyaan sebelum kita mewawancarai nara sumber. Sesuaikan pertanyaan dengan tulisan yang ingin kita tulis. Makanya, sebelum kita mewawancarai nara sumber, kita sudah mendesain, bagaimana alur tulisan yang ingin kita tulis. Misalnya, kita ingin menulis tentang bagaimana menyiasati anak yang susah makan. Nah, desain tulisan kita kira-kira seperti ini:
-    Pengantar ada fase anak susah makan
-    Alasan kenapa anak susah makan dan bagaimana mengatasinya
-    Menyiasati anak susah makan
-    Makanan atau menu untuk anak susah makan

Nah, kalau kita sudah mendapatkan alur tulisan yang pas, barulah kita membuat daftar pertanyaan. Buatlah pertanyaan yang memungkinkan nara sumber untuk menjawab panjang. Jadi, mulailah dengan “mengapa” atau “bagaimana”.

Menggali pertanyaan
 
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tidak semua nara sumber bisa mengungkapkan jawaban dengan mudah. Kita, sebagai pewawancara, yang harus pandai menggalinya. Gali dari satu pertanyaan. Jangan mudah beralih ke pertanyaan berikutnya kalau nara sumber belum menjawab pertanyaan pertama dengan jelas. 
Sebaiknya, saat wawancara, kita juga sudah membekali diri dengan apa yang ingin kita tanyakan. Misalnya, sebelum bertanya kepada dokter tentang anak susah makan, kita sudah punya sedikit informasi tentang anak susah makan sehingga wawancara bisa lebih cair. Misalnya, “ Dok, saya baca di buku X, anak yang pilih-pilih makanan, juga termasuk susah makan, ya, Dok. Apa ya Dok, penyebab anak suka pilih-pilih makanan?”

    Kira-kira begitu deh tips mewawancarai nara sumber. Kalau wawancaranya elalui email, pertanyaan yang disampaikan sudah harus benar-benar rinci karena kita tidak memiliki kesempatan untuk langsung merespon jawaban yang diberikan.   Wawancara via email memang memiliki kekurangan dibandingkan secara langsung. Tapi, untuk nara sumber yang sangat sibuk, biasanya ada yang ingin dilakukan via email. 

    Tips di atas dilakukan untuk nara sumber yang pernyataannya perlu dimasukkan ke dalam artikel kita. Kalau wawancara untuk menggali profil seseorang, tipsnya beda lagi. Mau tahu? Baca di tips berikutnya ya...

Let's Enjoy the School

Let's Enjoy the School (Zikrul Hakim)

Judul         : Let's Enjoy The School
Penulis:     : Naqiyyah Syam, Shinta Handini, Aprilina Prastari dkk.
Terbit         : I, Oktober 2011
Penerbit    : Gurita, imprint Zikrul Hakim


          Buku ini berisi kisah menarik seputar pengalaman orang tua mengawali anak masuk sekolah. Kita akan diajak mengenal berbagai kebiasaan anak saat pertama kali mengenal sekolah. Dalam buku ini, penulis bergabi tips cara-cara bersosialisasi, adaptasi psikologis, cara berkomunikasi dengan guru, menyiasati anak mogok sekolah, serta memilih sekolah yang tepat untuk sang buah hati. Buku ini juga dilengkapi dengan resep bekal sehat yang dapat dipraktikkan Bunda di rumah. Buku ini baik dimiliki oleh orang tua yang mempersiapkan anaknya masuk ke sekolah PAUD, TK, maupun SD.

Berjuanglah, Bunda Tidak Sendiri




Berjuanglah, Bunda Tidak Sendiri

Oleh Naqiyyah Syam,Aprilina Prastari dkk

SINOPSIS

Melahirkan di mana saja; di desa, di kota, bahkan di luar negeri, dengan bidan atau dengan dokter spesialis, selalu mendatangkan rasa yang sama. Meski sedikit, rasa sakit itu pasti ada.

Yang kelihatan mudah pun, melahirkan dengan teknik epidural misalnya, akan membawa rasa sakit ketika menyuntikkannya pada tulang belakang walau kadarnya hanya setitik. Faktanya, dengan berbagai teknik yang dilakukan oleh paramedis atau ibu hamil itu sendiri, rasa sakit bisa diminimalisasi. Nah, Bunda bisa segera menemukan jawaban dengan membaca curhat para Bunda di buku ini.

Dalam buku ini, Bunda akan menemui beragam fakta yang akan membantu Bunda untuk sigap mengenali dan mempersiapkan kelahiran yang terbaik. Bunda bisa segera mengonsultasikan segala kekhawatiran Bunda dengan bidan atau dokter yang menangani kehamilan Bunda.

Cara melahirkan apapun yang Bunda pilih, semua istimewa! Buku ini terbagi atas empat ruang bersalin. Masing-masing ruang merepresentasikan kelahiran anak yang keberapa. Belum tentu melahirkan anak yang pertama lebih sakit daripada kelahiran anak yang kedua, dan seterusnya.

Spesial, pada kelahiran anak pertama, kami mengumpulkan banyak cerita karena pada umumnya, seorang Bunda akan mengalami kecemasan yang lebih tinggi pada kehamilannya yang pertama. Bunda bisa mengambil manfaat dari cerita-cerita yang dituliskan. Plus dilengkapi dengan tip-tip seputar melahirkan.


Sumber : www.gramedia.com

Kisah Kasih Ibu



Kisah Kasih Ibu 
Oleh: Atika Luthfiyyah, Amaltia Gunawan,Ifa Aviaty, Aprilina Prastari dkk
Penerbit          :       Qanita (Mizan Group)
Tgl Penerbitan :       2011-03-25

Sinopsis Buku:

Ibu, sebuah kata yang tak lekang oleh waktu.
Ibu, sebuah kata yang mencerminkan kisah abadi.
Ibum sebuah kata yang merengkuh segala.

Ada pepatah mengatakan, kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Makna dari pepatah tersebutlah yang ingin ditonjolkan dalam buku ini. Bahwa kasih ibu memang melintasi ruang dan waktu.

Dari kisah kasih yang ditampilkan di buku ini, kami akan belajar bahwa sebenarnya banyak pelajaran kasih sayang yang bisa kita dapat dari interaksi sehari hari dengan ibu. Dengan senyumnya, kasihnya, bahkan hingga kemarahannya dan kesalahannya, sosok ibu tetaplah menjadi guru yang paling berharga.

Kisah kisah ini adalah kisah nyata, pilihan dari lomba kisah kasih ibu Milis word smart center dan Mizan. Kisah kisah yang seakan menegaskan bahwa ibu adalah sosok sentral di kehidupan kita.


Sumber : www.bukabuku.com

Review buku “Berdamai dengan Asisten di Rumah” di Majalah Femina


Wawancara di Tabloid Nova



Beritanya selengkapnya bisa dilbaca di link ini :  

Promo On Air Radio RRI Jakarta


Menulis itu Seperti Menabung

Beberapa teman yang ingin menulis buku sering curhat seperti ini: “Aku kan kerja. Mana sempat nulis?” atau “Ngurusin anak-anak aja udah repot, kayaknya nggak akan sempet, deh.” Saya percaya, tidak mudah membagi waktu di tengah kesibukan kerja di kantor atau mengurus anak-anak di rumah.

 Tapi, buat saya, menulis itu seperti menabung. Kalau kita mau menabung, sebaiknya jangan tunggu ada uang sisa baru menabung tapi alokasikan dulu sejumlah uang untuk ditabung. Begitu juga dengan menulis. Jangan menunggu waktu luang, baru menulis tapi siapkan waktu, kurang lebih, sejam untuk menulis. Anda tentu yang lebih tahu kapan waktu yang tepat untuk Anda untuk menulis. Dulu, waktu saya masih bekerja di advertising agency, saya biasanya menulis sambil menunggu suami saya datang menjemput.


Mungkin di awal, kita akan merasa capek dan berat. Tapi percaya deh, kalau sudah terbiasa, semuanya jadi ringan. Lalu, supaya tidak stres, buatlah target yang tidak terlalu muluk. Kecuali kalau kita memang berprofesi murni menjadi penulis dan hanya mendapat penghasilan dari menulis, memang harus ada target-target yang harus dipenuhi. Tapi kalau kita baru memulai menjadi penulis, menulis sebagai penghasilan tambahan atau hobi, lakukan dengan santai tapi konsisten. Jangan ada beban sehingga menulis menjadi sebuah tekanan. 


David Ogilvy, bapaknya orang-orang periklanan mengatakan, “People do their best work in a happy atmosphere”. Bagaimana kita mau mengeluarkan ide-ide segar dan kalimat yang mengalir kalau kita tidak happy saat menulis.  Jadi, lakukan dengan konsisten dan bahagialah saat menulis.

Selasa, 04 September 2012

Masihkah Kau Mencintaiku???


MASIHKAH KAU MENCINTAIKU???
PENULIS : Aprilina Prastari & Bayu Insani
TEBAL HALAMAN : xxiv +192
HARGA : Rp38.000

SINOPSIS :

Program Masihkah Kau Mencintaiku??? yang pernah tayang di RCTI adalah salah satu acara keluarga dengan konten yang sangat berani. Di mana fenomena perselingkuhan, kurang perhatiannya suami, dan persoalan-persoalan rumah tangga lainnya dibuka secara transparan. Hal demikian tentu untuk mengembalikan titik harmonis di tengah keluarga.

Prestasi yang terjadi pada program tersebut, menginspirasi kami untuk menerbitkan buku dengan konten yang sama.

Buku ini adalah rekaman problematika rumah tangga saat ini. Di mana semua cerita berdasarkan hasil pengalaman real, dengan tujuan memberikan cermin untuk menelaah hubungan pasutri Anda, atau kompas penentu ke mana akan di bawa hubungan pernikahan itu.

Sekalipun pengalaman yang tertulis dalam buku ini bukan rekaman tanyangan episode Masihkah Kau Mencintaiku???, akan tetapi, dengan kesamaan visi untuk membuat cerminan akan fenomena rumah tangga saat ini, maka dengan sangat bangga Leutika menghadirkan buku penuh inspirasi ini.

Sumber : www.leutikabooks.com

Cinta Monyet Never Forget


Cinta Monyet Never Forget
Penulis: Bayu Insani,
Aprilina Prastari dkk
Terbit: September 2010
Tebal: 221 halaman
Harga: Rp. 40.000,00


SINOPSIS :

Cinta monyet, cinta masa ABG atau cinta pertama, memang sulit dilupakan. Walau tak banyak yang bersatu sebagai bentuk ikatan suci pernikahan, cinta monyet menjadikan sebuah kenangan tersendiri.

Mengingat masa lalu bisa menjadi ‘kaca’ untuk berbenah, benarkah cinta yang hadir tanpa diundang itu menjadikan diri lebih baik atau sebaliknya. Cinta terkadang membuat orang ‘lupa’, tanpa malu mengekspresikannya di depan umum. Padahal, cinta perlu dibungkus oleh aturan Ilahi.

Berbicara tentang cinta memang tak akan pernah habis. Cinta selalu membuat orang menjadi lebih semangat dan bahagia. Namun, cinta yang salah dapat berakhir pada sebuah tragedi berdarah. Nah, bagaimana teman-teman menyikapi cinta yang datang? Temui di buku ini. Ada 18 kontributor yang mengulas cinta pertama atau cinta monyet mereka. Ada yang berakhir ke pelaminan dan ada juga yang berlalu begitu saja seperti angin berembus.

Buku ini dipersembahkan untuk:
Para ABG yang sedang jatuh cinta. Percayalah, buku ini akan membimbing kalian dalam menyikapi cinta yang kalian miliki.

Para orangtua/calon orangtua. Percayalah, buku ini akan membimbing Anda untuk mengetahui perilaku ABG Anda sehingga Anda mampu mengarahkan mereka menemukan cinta yang hakiki.


Sumber : www.leutikabooks.com

Emak2 Facebooker Mencari Cinta


Emak2 Facebooker Mencari CInta

Penulis: Lin Wulynne,Aprilina Prastari dkk
Terbit: Juni 2010
Tebal: 228 halaman
Harga: Rp. 40.000,00
Deskripsi:


“Hiyaaa ... apa jadinya kalau emak-emak fesbukan? Yang kebayang pasti suasana arisan bakalan pindah ke dunia maya. Ternyata? Nggak hanya lucu dan bikin ngakak-ngikik, tapi jadi pengin tepuk tangan juga. Kenapa coba? Baca aja celotehan 25 emak yang keranjingan fesbuk ini. Yang jelas, seru! Go emak, goo ...!”

~ Iwok Abqary, penulis Gokil Dad, fesbuker stadium akut

“Teori ekonomi yang paling saya ingat adalah: jika dua orang emak bertemu maka jadilah pasar. Nah, apa jadinya jika 25 emak bertemu di tempat yang asyik bernama fesbuk dan berbicara tentang cinta? Hmmm ... buku ini membuat teori ekonomi saya seketika menjadi primitif dan usang!”

~ Bahtiar HS, penulis Jejak-jejak Surga Sang Nabi dan 20 Tahun Mencari Keadilan


“Bagi fesbuker, perlu membaca buku ini. Bukan karena gaya bahasanya yang lucu, apa adanya, dan mencerminkan pengalaman dan kesan pribadi penulisnya, namun karena buku ini akan memandu Anda lebih jauh tentang realitas para fesbuker dan membuat Anda lebih tahu tentang lika-liku jejaring pertemanan bernama Facebook itu.”

~ Nurul F Huda, penulis buku bestseller, aktif menulis masalah dunia wanita, rumah tangga, dan keluarga


“Baca buku yang satu ini membuat saya geli sendiri. Emak-emak sekarang ternyata sudah banyak yang gaul dan nggak gaptek ya? Buku ini layak menjadi teman para emak-emak yang ingin mengisi waktu luang, namun bermanfaat. Dijamin, emak-emak akan memperoleh pesan-pesan positif dalam ber-facebook ria.”

~ Elvira Suryani, Ketua Cabang FLP Bekasi, dosen, dan penulis


“Kata banyak orang, facebook merusak iman dan buang waktu doang. Waduh, belum tau die. Coba baca nih cerita emak-emak gaul dalam buku ini. Ternyata, banyak banget guna fesbuk, mulai dari tukar resep masakan, silaturahmi sama saudara en sobat-sobat, dagang, sampai proyek nulis buku!”

~ Dewi Dedew Rieka, Absolutely Kribo, penulis Anak Kos Dodol, bakul lapak online di www.tokoibubagus.multiply.com

Sumber :www.leutikabooks.com

About Me

Tentang Penulis

Hai, 

Terima kasih sudah berkenan mampir, ya. 


Saya bunda dari dua orang puteri. Tidak terasa, puteri pertama saya, sekarang sudah kelas 5 SD dan yang kedua, kelas 2 SD.  Waktu cepat sekali berlalu, ya. Masih terbayang ketika mereka masih bayi; harus stok ASI karena saya bekerja, stres kalau pengasuh pulang kampung sementara saya nggak bisa cuti, dan yang lebih menyedihkan kalau anak sakit sementara saya harus lembur! 

Pengalaman-pengalaman saya sebagai ibu bekerja itulah yang banyak menginspirasi untuk menulis buku. Beberapa buku yang saya tulis yang bertemakan parenting dan keluarga adalah “Happy Working Mom” (GPU, 2011), “Please deh, Mom” (Leutika, 2010), “Berdamai dengan Asisten di Rumah” (Elex Media, 2010), dan beberapa antologi, “Berjuanglah, Bunda Tidak Sendiri (Elex Media, 2011), “Let’s Enjoy the School”, termasuk menjadi Co-Writer untuk buku “Ayah Edy Menjawab”.

Selain buku-buku yang berkaitan dengan parenting, saya juga menulis buku komunikasi, judulnya “Seru (nggak)nya Jadi Copywriter” (GPU, 2011)
. Buku itu juga memuat pengalaman saya selama hampir tujuh tahun menjadi Copywriter di beberapa advertising agency. 


InsyaAlloh, saya akan tetap menulis buku-buku parenting dan komunikasi. Menulis itu seperti teh manis panas yang diminum pagi hari yang dingin. Bikin semangat! 

Selain menulis, saya juga mengajar periklanan di sebuah PTS di Jakarta, dan merintis ad agency, Jagawudhu Communications.
Semoga saya bisa terus berbagi pengalaman dan pengetahuan baik di blog ini dan buku-buku yang saya tulis. 

Salam hangat,

Aprilina Prastari