Senin, 16 November 2015

Mengajarkan Anak Mendongeng

Ayah-Bunda, saat ini banyak ya, lomba-lomba yang berkaitan dengan bercerita, baik dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Kedua puteri saya pun ikut. Menurut saya, lomba bercerita atau mendongeng dapat mengasah kemampuan public speaking mereka, lho. Nah, untuk Ayah-Bunda mau mengajarkan putera/i-nya ikut lomba ini, izinkan saya berbagi apa yang biasa saya lakukan kepada mereka. Tentu, saya bukanlah pendongeng profesional, jadi cara-cara ini masih harus banyak dikembangkan lagi.

Melatih artikulasi

Salah satu aspek penting dalam bercerita/mendongeng adalah artikulasi. Untuk mengasahnya, kita dapat membiasakan membacakan cerita untuk anak dengan pengucapan yang benar. Dengan mendengarkan pengucapan yang benar, diharapkan anak juga termotivasi untuk membacanya dengan benar.

Cara berikutnya, berlatih membaca keras. Ketika dulu saya menjadi penyiar radio, kami dibiasakan untuk membaca keras. Berbicara dengan lepas dan mengucapkan huruf-huruf vocal (a,I,u,e,o) dengan mulut terbuka  sehingga huruf-huruf tersebut dapat terdengar dengan sangat jelas.

Dulu, puteri saya cenderung cadel “s”. Ketika ada kata dengan huruf “s”, ia akan mengucapkannya seperti huruf “tsa”. Untuk menguranginya, saya sering memintanya untuk mengucapkan kata-kata yang memiliki banyak huruf “s”, seperti, susu Sasa . Jika ia mengucapkannya masih belum jelas (masih terdengar seperti mengucap “tsa), saya akan memintanya mengulang kata-kata tersebut dengan huruf yang jelas.

Intonasi

Ketika membaca keras, ajarkan anak untuk membaca tanda baca dan menyesuaikan dengan nadanya.

Membedakan Suara

Ketika menceritakan sebuah cerita, akan ada beberapa suara yang perlu dibedakan; narrator dan beberapa tokoh. Nah, untuk suara tokoh, biasakan untuk membedakannya. Kalau tokohnya adalah nenek belajarlah untuk menjadi seorang nenek. Tidak hanya suaranya tapi juga gayanya. Atau, jika tokohnya adalah binatang, coba amati seperti apa sih binatang yang sedang kita perankan. Misal, monyet yang jahil. Selain menyisipkan suara ‘uu .. aa.. uu.. aa’, tingkah laku monyet yang senang garuk-garuk kepala dan ketiak, perhatikan juga mimik wajah. Coba deh lihat di cermin, apakah wajah kita sudah terlihat jahil?   

Alat Peraga

Kak Heru, seorang pendongeng nasional, kasih tips bagaimana memaksimalkan alat peraga untuk bercerita/mendongeng.
“Kalau mau pakai alat peraga, jangan tanggung-tanggung. Buat yang besar dan gunakan secara maksimal. Alat peraga juga jangan sampai merepotkan ketika mendongeng,” katanya ketika menjadi juri lomba mendongeng di Grand Indonesia, Oktober 2015 lalu.
Yang perlu diperhatikan jika kita membuat cerita sendiri, kata Kak Heru, tokoh tidak perlu banyak. Cukup 2-3 tokoh, yang penting dapat dibawakan dengan berbeda dan maksimal.

Dan yang pasti, harus sering-sering berlatih, ya. (apr)

  

Sabtu, 14 November 2015

Dampak Kecanduan Pornografi Pada Anak dan Cara Mencegahnya

(Disarikan dari materi diskusi parenting “Cegah Pornografi, Selamatkan Generasi Emas Indonesia” oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, di Rumah Parenting YKBH, 5 November 2015)

Generasi BLAST (Bored, Lonely, Angry, Stress, Tired) merupakan sasaran bagi kaum perusak. Mereka sangat mudah bersentuhan dengan pornografi, pacaran, narkoba, miras, merokok, masturbasi, LGBT dan seks bebas.

Menurut data dari berita online yang dihimpun oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, selama 2014, setidaknya ada 909 kasus yang berkaitan dengan pornografi, 340 kasus diantaranya adalah kasus perkosaan. Ironisnya, gambaran usia pelaku berada di usia produktif; 11-20 tahun!

Untuk menguatkan data tersebut, pada 2014, YKBH pernah melakukan penelitian dengan responden siswa SD kelas 4-6 sebanyak 2.227 anak. Hasilnya, 92% anak pernah mengakses pornografi baik lewat internet maupun tayangan TV dan games. Mereka melihatnya di rumah sebanyak 52%, sisanya di warnet dan rumah teman.

Apa yang Terjadi Jika Anak Kecanduan Pornografi?

Salah satu bagian dari otak kita bernama Prefrontal Cortex (PFC). Bagian ini berfungsi untuk berkonsentrasi, mengendalikan diri, merencanakan sebagai pusat masa depan. Begitu pentingnya PFC namun ia mudah mengalami kerusakan, salah satunya karena NAPZA dan Narkolema (Narkotika lewat mata).

Memang, pada awal anak mengakses pornografi, timbul perasaan jijik, namun sesudahnya, khususnya bagi anak-anak BLAST, mereka akan tertarik dan timbul perasaan senang. Otak lalu akan menyimpan bahawa kegiatan ini membuat senang dan ketika kita membutuhkan rasa senang, otak akan menyuruh untuk mengonsumsinya lagi.

Bagi anak yang kecanduan pornografi, mudah melakukan kegiatan perilaku seks tidak sehat, seperti masturbasi, oral seks, hubungan sejenis, gonta-ganti pasangan dan memperkosa.

Ketika PFC rusak karena anak kecanduan pornografi, inilah yang terjadi:
  • Menurunnya fungsi otak karena terjadi penyempitan korteks
  • Sulit untuk berkonstrasi, memahami benar dan salah, membuat keputusan, mengendalikan diri untuk menunda kepuasan.   

Apa yang dapat kita lakukan sebagai orangtua?
  1. Perkuat iman kepada Allah Swt.
  2. Tingkatkan komunikasi antara orangtua dan anak. Biarkan anak untuk berpikir, memilih dan beri ruang bagi anak untuk membuat keputusan.
  3. Hidup sehat dengan olahrafa
  4. Gunakan gadget/internet dengan bijak.
Terkait dengan games, orangtua perlu mengenal games yang sering dimainkan anak dan lihatlah keamannya. Di media sosial, ajarkan anak untuk tidak memasang foto pribadi, mencantumkan alamat dan no telpon, menulis status tentang suasana hati yang negatif.