Sabtu, 10 September 2016

Boarding School/Pesantren di Jawa Barat



Assalamu’alaikum Wr Wb, 

Ayah dan Bunda, 
Adakah yang puterinya tertarik untuk melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di pesantren/boarding school?
Ketika puteri pertama saya akan lulus SD (itu sekitar tahun 2012/2013) dan tertarik untuk sekolah di BS, saya mulai survey sejak dia kelas 5 SD. Beberapa BS yang saya survey berdasarkan hasil obrolan dengan guru dan sesama ortu murid di SDIT Iqro’ yang anak-anaknya sudah pernah sekolah di sana.
Ini hasil beberapa BS yang kami kunjungi. Berhubung surveynya tahun 2013 (iih kenapa juga baru ditulis sekarang hihihi) jadi maaf ya, kalau ada info yang lupa. Foto-fotonya juga masih harus dicari lagi nih. Nggak apa-apa ya, minimal tahu gambarannya. Memang bagusnya langsung survey ke sana.   
1. As Syifa Boarding School

Terletak di Jl. Raya Subang, Bandung. Kalau dari arah Bekasi, lewat Cipali, dapat ditempuh sekitar 3-4 jam perjalanan (lalin lancar). Di Asbosch, ada SMPIT dan SMAIT untuk putera dan puteri. Tempatnya masih dalam satu area namun batasnya cukup jauh dan dijaga satpam.

Di area putri, ada beberapa gedung asrama, sekolah (dengan lab dan perpustakaan terpisah), mini market, kantin, dua mesjid, klinik, dapur dan ruang makan. Ada juga guest house untuk orangtua meningap tapi jumlah kamarnya tidak banyak.  Tiap kamar asrama terdiri dari 10-12 anak. Untuk gelanggang olahraga, adanya di asrama putera. 

Tempatnya nyaman karena dekat dengan perbukitan dan luas sehingga anak-anak bisa leluasa kesana-kemari. 
Menggunakan kurikulum nasional 2013, kepesantrenan (tahfidz, aqidah ahlak, fiqih, siroh, tafsir, hadist) dan pengembangan diri. 
Program sekolahnya banyak, diantaranya, tahfidzul qur’an, halaqoh, pembinaan olimpiade, program sukses UN/SNMPTN.  Ada juga event-event khusus sepert, AsSyifa Festival, Achievement Motivation Training, Homestay, language camp, Pekan Al-Qur’an, Pekan Bahasa.

Jadwal menjenguk, boleh tiap minggu tapi untuk puteri, hanya minggu pertama, anak boleh diajak menginap dan jalan-jalan (istilahnya pesiar). Minggu selanjutnya hanya dikunjungi saja. 

Biaya masuk, tahun 2014, seingat saya sekitar 14 juta. Kalau tahun 2016, info dari sesama ortu murid, sekitar Rp17,7 juta (untuk putera, untuk puteri kurang lebih hampir sama). 
Pendaftaran biasanya dimulai sejak bulan November. 
Untuk info lebih lanjut, silakan lihat websitenya: pmb.assyifa-boardingschool.sch.id. 

2. Nurul Fikri Anyer

Untuk BS-nya, setahu saya ada di Anyer dan Lembang. Kabarnya yang di Lembang, lebih mahal. Nah, waktu itu kami survey yang di Anyer. Buat saya yang tinggal di Bekasi, waktu tempuhnya lumayan jauh karena di Jakarta saja sudah macet. Mungkin untuk yang tinggal di Tangerang lebih dekat. Letaknya, tidak jauh dari Sol Elite Marbella.

Di NF, juga ada untuk putera dan puteri, dari SMPIT dan SMAIT. Masih satu area tapi terpisah cukup jauh. Kalau di AsSyifa, asramanya berbentuk gedung dua lantai. Kalau di NF, dibuat rumah-rumah. Masing-masing rumah ada beberapa kamar yang isinya sekitar 6-8 anak. Kamar mandinya di dalam kamar. 

Tempatnya juga nyaman, banyak pohon. Ada kantin, mini market (waktu saya ke sana mini marketnya ada 1 jadi harinya bergantian untuk putera/i). Selain itu ada juga gelanggang olahraga. 

Untuk biaya masuk, tahun 2014, sekitar Rp 19,5 juta.
Jenis tes: akademik, psikotes, wawancara dan kesehatan. 

Kalau mau suvery langsung, alamatnya: Kampung Cihideung, Desa Bantar Waru, Kec. Cinangka-Serang.  
Pendaftaran via online bisa kunjungi: http://psb.nfbs.or.id. 

3. Al Kahfi

Berhubung brosurnya hilang (hiks), jadi seingat saya saja, ya :D

Kalau untuk kita yang berada di Jakarta atau Bekasi, lokasi Al Kahfi tidak terlalu jauh. Lokasinya ada di Lido, Sukabumi, dekat BNN. 
Hampir sama dengan Asbosch dan NF, di Al Kahfi juga ada asrama untuk putera dan puteri yang masih satu area namun dibatasi dan dijaga oleh satpam. 
Selain mata pelajaran umum, ada juga program tahfidz. 

4. YAPIDH

Berbeda dengan BS di atas, YAPIDH ada yang fullday dan menginap, dari SMP hingga SMA. Asrama untuk putera dan puteri masih dalam satu area namun dipisah. 
Untuk asrama puteri, saya lupa ada berapa kamar, tapi dalam satu kamar dihuni oleh beberapa belas siswi (tahun 2013). 
Tes masuknya meliputi tes tulis untuk matpel Agama Islam, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, wawancara siswa (akhlak dan kemampuan baca Al Qur’an) dan wawancara orangtua.  


Info lebih lanjut bisa lihat di www.yapidh.org atau telp. (021) 8241 0887.

5. Pesantren Al Qur’an Ma’rifatussalaam

Menitikberatkan pada pendidikan tahfizh Qur’an sehingga target hapalannya pun cukup tinggi. Meski begitu, di sini tetap diajarkan mata pelajaran umum, khususnya matpel yang diujikan dalam UN. 
Pesantren ini masih tergolong baru. Saat saya survey ke sana (2016) sepenglihatan saya belum ada kantin dan mini market, hanya ada ruang makan untuk santri. 
Di Ma’rifatussalam saat ini hanya ada jenjang SMP untuk putera dan puteri. Asrama puteri dan putera dipisah namun masih berdekatan. 

Yang mau survey langsung, bisa datang ke Jl. Manyeti No. 6, RT 05 RW 01, Kp Cikadu, Desa Manyeti, Kec. Dawuan, Kab. Subang, Jawa Barat. Jadi dari tol Cipali, keluar Kalijati. Ikuti jalan, selebihnya gunakan TPS (Tanya Penduduk Setempat) :D. 

Atau kunjungi websitenya http://psb.marifatussalam.or.id

6. Al Hasan

Saya survey ke Al Hasan karena dekat dengan rumah. BS ini masih baru. Kalau saya tidak salah 2016 baru angkatan pertama. Karena keterbatasan lahan, dalam satu angkatan menerima sekitar 60 siswa. Saat saya ke sana September 2016 lalu, mesjid lantai atas masih dalam pengerjaan begitu juga dengan beberapa fasilitas lain. 

Untuk kamar, dihuni oleh beberapa belas anak. Sebulan sekali siswi boleh diajak keluar tapi tidak menginap. Waktunya pekan kedua atau keempat. Untuk libur, hanya saat libur semester. 

Sepenglihatan saya, tidak (belum) ada kantin atau minimarket atau klinik, sehingga orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Al Hasan harus menyiapkan kebutuhan puterinya dengan lengkap. Jika sakit, anak akan dibawa ke klinik sekitar. 

Alamat Al Hasan: Jl. Jambu RT 03/011 Jatimakmur (Belakang Kantor Pos Jatimakmur)

7. Husnul Khotimah

Lokasinya di Kuningan, Jawa Barat. Kalau lewat tol Cipali, keluar Palimanan, masuk tol lagi ke arah Ciperna. Ambil ke arah Kuningan (Kota). Terus saja mengikuti jalan. Alamatnya di Jalan Jalaksana. Kalau sudah melewati Jalan Linggar Jati, berarti sudah dekat. 

Pemandangan sekitar nyaman karena dekat gunung. Untuk SMPIT dan SMAIT, baik untuk akhwat dan ikhwan berada di satu lokasi, namun terpisah dan dibatasi oleh pos satpam. 

Menurut info dari panitia PMB, di HK, murid-murid libur pada hari Jumat, sedangkan Sabtu dan Ahad sekolah. Di HK tidak mengenal pesiar seperti di As Syifa. Jadi boleh dijenguk, dengan izin boleh dibawa keluar untuk makan namun hanya pada minggu-minggu tertentu saja. Keluar pun hanya untuk makan tetapi tidak boleh menginap. Kepulangan murid hanya pada liburan semester, kenaikan kelas dan lebaran. 

Untuk kamar, satu ruangan terdiri dari 20 anak, dengan ranjang tingkat dan disediakan lemari kecil.  

Lebih lanjut bisa kunjungi website: http://husnulkhotimah.sch.id/

Sementara itu dulu, ya. Nanti kalau ada yang baru, saya update lagi. Biasanya bulan November-Desember, BS/pesantren sudah mulai buka pendaftaran. Silakan survey langsung atau kunjungi website-nya. Kalaua Bapak/Ibu mau menambahkan info, silakan di kolom komentar. In syaa Allah infonya diperlukan bagi orangtua yang sedang mencari BS/pesantren untuk puteri-puterinya.  

Semoga bermanfaat.        

Sabtu, 20 Agustus 2016

Tantangan Ibu Bekerja dari Rumah dan Solusinya

Ibu-ibu yang selama ini kerja tetap, pasti merasa ‘merdeka’ ketika memutuskan untuk bekerja dari rumah. Merdeka dari macet, merdeka dari pulang malam, merdeka dari atasan yang mungkin perilakukanya kurang menyenangkan, dan masih banyak lagi.

Tapi, di manapun bekerja atau beraktivitas, ada saja hal-hal yang bisa jadi tantangan.

Pertama, mengatur waktu kerja.

Tanpa ada rekan kerja dan atasan yang mengawasi, terkadang kita terlena dengan situasi ini. Terlebih untuk mereka yang senang menunda.

Nanti saja lah mengerjakannya. Santai-santai dulu, boleh, dong …

Nah jika sikap ini terus-menerus dilakukan, bukan saja pekerjaan menumpuk tapi dapat mengganggu deadline. Jika lewat deadline, tentu akan memengaruhi kepercayaan klien pada kita.

Solusinya, buatlah jam kerja. Kelebihan bekerja di rumah, jam kerja tidak harus dari pukul 9.00-17.00, tapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Yang penting, dalam satu hari, jumlah jam kerja konsisten dan cukup untuk menyelesaikan pekerjaan.

Kedua, menjaga emosi terkait dengan pengasuhan anak

Kalau biasanya kita hanya menginstruksikan pengasuh untuk melakukan ini dan itu terkait dengan mengasuh anak, maka ketika di rumah, kita pun perlu menangani anak secara langsung. Misal, ketika mereka susah makan.

“Mbak, Tania mau makan?”
“Susah, Bu. Diemut terus,”
“Oh, yang sabar ya, Mbak. Coba sambil main atau biar dia makan sendiri,”

Tapi bagaimana kalau melihat langsung? Bisa jadi emosi kita ikut naik. Dampaknya, bukan hanya untuk anak, tetapi juga mood kita saat melakukan pekerjaan.

Solusinya, jika masih memiliki ART, kita dapat menentukan saat kapan kita perlu turun tangan dan mana yang masih bisa ditangani ART (dengan kondisi masih ada pekerjaan yang perlu diselesaikan).
Meskipun memang, memberi pemahaman kepada anak-- bahwa meskipun di rumah, ibu tetap bekerja, memerlukan waktu.


Tantangan lain dan solusinya bisa dibaca di buku saya “Jangan Asal Resign untuk Ibu Bekerja” di toko buku di seluruh Indonesia. 

Sabtu, 23 Juli 2016

Ini Tantangan Anak Masuk Pesantren

Sejak kelas V SD puteri pertama kami mulai menunjukkan keinginannya untuk melanjutkan ke pesantren/boarding school. Dengan anak hanya dua, sebetulnya berat bagi kami, terutama saya untuk melepas Wafa ke pesantren. Begitu banyak kekhawatiran yang saya pikirkan. Bagaimana kalau dia sakit, ada pelajaran yang tidak dimengerti, dan sebagainya. Kami pun berkali-kali mengajak Wafa ngobrol. Kami ingin tahu apa yang menyebabkan ia ingin masuk pesantren, bukan sekadar ikut teman. Kami juga paparkan seperti apa kehidupan di asrama nanti.

“Kak, nanti di asrama Kakak nggak bisa request sarapan kaya di rumah. Semua harus dikerjain sendiri. Bangunnya rata-rata jam 3 pagi.”
“Iya, Nun. Nggak apa-apa…”
“Kalo Kakak sakit? Unun khawatir, Kak”
“In syaa Allah aku sehat, Nun”
“Kalo alasan Kakak karena mau hapal Qur’an, kan bisa lanjut LTQ (Lembaga Tahfidz Qur’an dekat rumah) …”
“Nanti banyak godaannya, Nun. Lagian aku mau tambah pengalaman. Kayanya seru tinggal di asrama.”
“Trus nanti nulisnya gimana? Belum tentu pesantren yang Kakak masukin  kasih izin bawa laptop?”
“Emang nggak boleh ya, Nun?”
“Ya tergantung pesantrennya. Kalo nggak boleh?”
“Ya aku nulisnya pas liburan atau tulis tangan di buku,”

Itulah sekilas obrolan saya dengannya saat itu. Semua pahit-pahitnya masuk asrama sudah saya sampaikan dan Wafa sampai saat itu masih tetap pada pendiriannya.

Melihat keinginannya yang kuat, saya terus membiasakannya mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, menyetrika, dan yang berkaitan dengan dirinya sebagai perempuan, terutama persiapan kalau nanti dia menstruasi.

Kami pun mulai survey ke beberapa pesantren/boarding school yang masih bisa ditempuh bolak balik dalam satu kali perjalanan; As Syifa Boarding School di Subang, Al Kahfi di Sukabumi, Nurul Fikri Anyer, Ibnu Abbas, Yapidh di Jatiasih, dan beberapa sekolah lain. Kami ikutsertakan Wafa setiap kali survey supaya dia lihat sendiri calon sekolahnya.
Alhamdulillah, Wafa diterima di BS pilihannya. Tentu ada beberapa pertimbangan yang kami lihat memasukkan Wafa ke sana. (In syaa Allah nanti saya tulis di tulisan terpisah, ya).


Awal Masuk Asrama

Meskipun kami sudah mengajarkan Wafa banyak hal namun tentu kehidupan di rumah tak sama dengan di asrama. Di rumah, kami memang masih kesulitan membiasakan Wafa bangun jam 3. Sementara di asrama, dia sudah harus bangun, mandi, sholat, persiapan tahfidz sebelum Subuh. Tak jarang Wafa tertidur di kelas. Alhamdulillah, para guru tidak marah dan memahami betul bahwa anak-anak masih dalam masa adaptasi.

Seminggu sekali kami masih menjenguk Wafa, lalu berkurang menjadi dua minggu sekali. Dua bulan pertama semua berjalan cukup baik. Komunikasi via telpon sesuai jadwal seminggu sekali juga kami lakukan. Begitu juga komunikasi dengan Bunda asrama. Alhamdulillah, waktu kelas 7, Wafa dapat bunda asrama yang baik sekali, saya pun tenang.

Tantangan kami hadapi ketika masa ulangan harian dimulai. Terlebih ketika matpel Fisika harus remedial. Wafa begitu khawatir. Wafa juga masih harus membiasakan diri untuk menghapal beberapa baris Qur’an setiap harinya. Ia belum terbiasa.

“Nun, aku bisa nggak ya … Aku khawatir … “

Sore itu, saat kami datang menjenguk, Wafa menumpahkan semua kekhawatirannya.

Saya berusaha untuk tidak ikut menangis. Meski dalam hati pun saya khawatir dan tidak tega melihat dia begitu sedih.

Meskipun dari sejak SD Wafa paham bahwa kami tidak pernah marah kalau Wafa dapat nilai kurang baik terutama untuk matpel yang banyak hitung-hitungan karena dari dulu ia memang lebih kuat di matpel bahasa, seni dan sosial. Apalagi untuk pelajaran yang tergolong baru seperti Fisika dan cukup banyak siswa yang remedial.

Cukup panjang kami mengobrol. Yang jelas, kami meminta Wafa untuk membuang segala kekhawatiran dan berpikir positif.

“Kakak mau pulang?” tanya saya.
Wafa menggeleng.
“Aku seneng di sini, Nun,”
“Kalo gitu kita lihat satu semester ini ya. Tapi Unun yakin Kakak bisa sepanjang Kakak yakin dan mau berusaha.”

Alhamdulillah, dalam satu semester, nilai-nilai akademiknya memuaskan dan mulai terbiasa dengan kehidupan asrama. Bahkan ia mulai aktif organisasi BEM (Badan Eksekutif Murid seperti OSIS) dan mulai mewakili sekolahnya untuk ikut lomba storytelling.

Kalau awal-awal masuk sekolah, Wafa yang meminta kami untuk sering jenguk, sejak dia ikut organisasi kami yang menyesuaikan jadwalnya.  Bahkan pernah, kami tidak bisa menengok dia selama 1,5 bulan karena hampir tiap pekan dia ada kegiatan. Hahaha …

Syukurlah Wafa sudah senang dengan kehidupan asrama. Katanya, sih, sudah jarang nangis kangen rumah hehehe … Beda sama ibunya, yang sampai sekarang, iya sampai sekarang anaknya sudah kelas 9, masih suka nangis. Terlebih sesudah libur panjang seperti saat ini. Tapi sekarang sudah agak lumayan sih. Dulu, awal-awal masuk BS, masak makanan kesukaan Wafa, nangis. Lihat anak SMP berjilbab di jalan, nangis. Tiap habis jenguk, nangis. Lebay lah pokoknya.

Sekarang, melihat perkembangan Wafa, in syaa Allah ini yang terbaik untuk Wafa karena dalam diterimanya Wafa di BS pilihannya, tentu tidak terlepas dari izin Allah Swt. Apalagi ketika saya lihat, di Qur’annya, ada foto kami sekeluarga plus tulisan tangannya “Target utama: bawa mereka ke surga.” Ya Robb, nyess banget bacanya …

Maka setiap kali saya kangen, saya selalu ingat bahwa Wafa sedang berjuang agar kelak menjadi seorang muslimah yang membanggakan, generasi penerus berakhlak baik.
   

Selamat berjuang, Anakku. Kita akan selalu bertemu dalam doa … 

Jumat, 24 Juni 2016

Ini Syarat Indonesia Sejahtera dengan Zakat

Sesuai dengan artinya, “tumbuh atau berkembang”, alangkah baiknya jika zakat tidak hanya sekadar membantu para mustahiq untuk memenuhi kebutuhan mereka sesaat namun lebih dari itu, mampu mengubah mereka menjadi muzakki. Mungkinkah? Sangat mungkin! Meksipun perjalanan dan usaha yang diperlukan untuk mencapainya dibutuhkan komitmen dan konsep yang jelas.

Zona Madina: Konsep Pengelolaan Zakat yang Diperlukan Umat

Waktu terpilih untuk mengikuti “Blogger Trip” ke Zona Madina, Dompet Dhuafa, saya sempat bertanya-tanya, kayak apa ya tempat itu? Apa semacam tempat wisata? Karena kabarnya, di tempat ini ada area untuk outbound. Ternyata, Zona Madina itu … Masya Allah! Bikin merinding. Andaikan di setiap kabupaten/kota ada zona semacam ini, in syaa Allah Indonesia akan sejahtera.


Blogger yang terpilih mengikuti Blogger Trip ke Zona Madina


Nah, jadi, ada apa saja sih di zona ini?


Rabu, 25 Mei 2016

Panduan Wisata ke Kuala Lumpur

Halo, berniat berwisata ke Kuala Lumpur untuk pertama kali?

Saya berbagi sedikit informasi tentang berwisata di sana, ya.

Penginapan

Ada cukup banyak penginapan murah di Kuala Lumpur, terutama di daerah Chinatown. Sepenglihatan saya, daerah Chinatown memang cukup strategis karena dekat dengan tempat wisata. Untuk memilih hostel, sebaiknya tanyakan atau cari tahu di blog para wisatatawan yang sudah pernah menginap di sana. Kalau saya, selama di KL, menginap di dua tempat; Hotel Arenaa Mountbatten dan Geo. Tempatnya cukup berdekatan. Dengan jalan kaki sekitar 10 menit.

-          Hotel Arenaa Mountbatten

Hotel Arenaa Mounbatten berada di Jl. Tun Perak , tidak jauh dari Hab Lebuh Pudu. Jadi kalau dari bandara KLIA 2, naik bus Star Shuttle, bisa turun di hab tersebut, lalu jalan kaki sekitar 100 meter.  Kalau dari sisi lokasi, cukup strategis. Dekat dengan Pasar Seni (Central Market), kalau mau ke shuttle bus untuk naik GoKL perlu jalan ke arah belakang hotel. 

Berhubung hari pertama dan kedua saya bersama teman-teman, kami memesan kamar dengan enam tempat tidur di dalamnya (3 tempat tidur tingkat). Kamarnya kecil, tapi rapi dan bersih.  Tidak disediakan extra bed. Ada dispenser yang membolehkan penginap membawa air. Jadi kalau mau menginap di sini, boleh membawa botol minum. Lumayan kan, hemat 1,5 Ringgit tiap botol hihihi. Selain itu, wifi-nya super kencang. Kalau untuk berenam, harganya cukup murah. Per orang dikenakan biaya sekitar Rp76 ribu per malam. Soal harga, bisa berubah-ubah tergantung waktu pemesanan via online. Sementara yang deluxe, untuk berdua, harganya 93 RM (harga Mei 2016, bayar di tempat).
Pilihan kamarnya banyak; ada yang untuk berdua, berempat dan berenam. DI hotel ini juga disediakan laundry kiloan.



  
-          Hotel Geo

Selain menginap di Arenaa, hari ketiga dan keempat saya menginap di Hotel Geo. Lokasinya sangat strategis karena berada di depan Pasar Seni. Dilewati bus Go KL, dekat dengan terminal dan stasiun jadi mudah kalau mau ke mana-mana. Kalau dari segi harga, lebih mahal dari Arenaa namun tentu lebih bagus. Kamarnya standar hotel pada umumnya, rapi dan bersih. Saat check in kita akan diminta uang deposit sebesar 100 RM. Di hotel ini, wifi-nya juga kencang.
Untuk pemesanan hotel, kalau mau dapat murah, pesan jauh-jauh hari dan via online karena harganya berbeda dengan kalau membayar di tempat (untuk beberapa hotel).

Transportasi

Sesampainya di Bandara Kuala Lumpur (pastikan di tiket KLIA 1 atau 2), kita dapat mencapai Kuala Lumpur dengan bus, taksi atau kereta. Untuk bus harga tiket (kalau saya berhenti di Hab dekat Hotel Arena seharga 10 RM), sedangkan kereta express seharga 55 RM. 

Bandara di KL cukup ramah wisatawan baru karena papan petunjuk yang jelas. Meskipun untuk menuju konter tiket cukup jauh. Untuk naik bus atau taksi, kita dapat turun ke lantai 1 dan membeli tiket di konter yang sudah disediakan. 

Untuk bus, ada beberapa bus dan waktu keberangkatan. Pastikan bus dan waktunya tepat. Sebutkan juga tujuan kita berhenti. Lebih baik turun di hab (tempat pemberhentian) yang dekat dengan hotel tempat kita menginap.
Perjalanan dari bandara menuju KL cukup lama sekitar 1,5 jam dengan menggunakan bus.

Transportasi selama di KL

Selama di Kuala Lumpur, transportasi publik terbilang mudah. Kalau mau yang gratis bisa naik GO KL. Ada 3 rute Go KL; Purple Line, Green Line dan Red Line. Untuk mengetahui jalurnya, di beberapa hotel disediakan peta. Selain itu di setiap halte juga ada peta yang menjelaskan jalur ketiga rute tersebut. 
Selain GoKL, ada juga bus berbayar dengan harga 1 RM, MRT, dengan harga yang terjangkau.
Di setiap stasiun pun terdapat penjelasan jalur dan harga. Pembelian tiket melalui mesin pun tergolong mudah digunakan untuk mereka yang baru pertama kali ke KL.

Tempat Wisata

Untuk mereka yang senang dengan bangunan unik dan ingin berfoto, ada beberapa tempat yang cukup menarik.
Tidak jauh dari Central Market, kita dapat mendatangi:
a.      Sri Mahariamman, Kuala Lumpur
  Kuil tertua di Kuala Lumpur, dibangun tahun 1873.




b.      Sultan Abdul Samad Building, Kuala Lumpur
  Bangunannya megah dan cantik, dibangun oleh arsitek Inggris bernama   A.C Norman. Tahun 1957, deklarasi kemerdekaan Malaysia dibacakan di     depan gedung ini.


c.       Merdeka Square atau Dataran Merdeka
  Berada persis di depan Gd. Sultan Abdul Samad. Hanya berupa lapangan   rumput luas. Kalau di Indonesia, mirip dengan lapangan di depan Masjid   Raya Bandung.




d.     Kuala Lumpur Gallery dan Perpustakaan Kuala Lumpur
 Kalau mau tahu sejarah Kuala Lumpur, di sini tempatnya. Tiket            masuknya 5 RM, tapi nanti bisa ditukar dengan souvenir. Kalau harga  souvenirnya lebih dari 5 RM ya harus tambah uang. Souvenir seharga 5  RM (itu pun kalau beli 3) hanya gantungan kunci, tapi bentuknya nggak  pasaran.
 Di samping KL Gallery, ada Perpustakaan Kuala Lumpur yang cukup besar  dan menarik.


e.   Masjid Jamek, Kuala Lumpur
Tidak jauh dari Dataran Merdeka, kita akan menemui Masjid Jamek. Sayang, pada saat saya datang ke sana, masjid ini sedang direnovasi meskipun masih bisa digunakan untuk sholat. 





f.    Masjid Negara (The National Mosque), Kuala Lumpur
Dari belakang Hotel Geo, kita bisa berjalan menyusuri jembatan dan tiba di Stasiun Kuala Lumpur. Turun, lalu menyebrang lewat terowongan bawah tanah dan sampai di Masjid Negara.
Pengunjung yang hendak masuk ke dalam diminta berpakaian sopan dan tertutup. Jika tidak,di sana disediakan jubah dan penutup kepala.



Tempat-tempat wisata yang tidak ditulis tiket masuknya, berarti gratis ya. Untuk beberapa tempat seperti kuil, kita hanya diminta menitip alas kaki dan membayar sekitar 20 Sen per pasang.

Kalau tadi tempat wisata yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari Central Market, untuk tempat-tempat yang bagus untuk berfoto lainnya (dan wajib dikunjungi karena merupakan ikon KL) adalah Petronas Twin Tower dan KL Tower.

g.   Petronas Twin Tower
Dari Central Market, kita harus naik GoKL dua kali; purple line dulu lalu ganti dengan green line. Kalau mau ke sini sih, bagusnya datang sore (sekitar jam 6-7), supaya nggak panas dan masih bisa lihat air mancur warna-warni.




h.   KL Tower
Dari Central Market, kita bisa naik GoKL yang purple line. Berhubung saya hanya lihat dari luar, saya juga nggak tahu ada apa di dalamnya.

i.     Little India
Hati-hati kalau mau bertanya letak Little India karena pemahaman warga KL berbeda-beda. Hal ini yang membuat kami salah jalan. Ada yang menganggap Little India itu berada di Jalan Masjid India (dekat Masjid Jamek),  padahal Little India yang kami maksud berada di belakang KL Sentral (Little India Brickfields).

Oh, rupanya, dulu Little India memang di Jalan Masjid India, lalu dipindah. Selengkapnya, bisa dibaca di sini: http://www.kuala-lumpur.ws/attractions/brickfields.htm#.




Selain tempat wisata dengan bangunan unik, nah, kalau suka dengan alam, bisa mengunjungi Lake Garden. Lahannya luas sekali dan ada aneka taman di dalamnya. Bahkan rumah mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak, juga ada di kompleks wisata ini.

j.      Lake Garden, Kuala Lumpur
 Posisinya ada di belakang Masjid Negara. Untuk masuk ke sana, kita harus  berjalan kaki beberapa KM karena tidak dilewati GoKL, hanya bus Hop-on-Hop-Off dan taksi. Di area Lake Garden atau Taman Tasik Perdana ini, kita dapat mengunjungi:
-          Planetarium (ada tiket masuk)
-          Bird Park (tiket masuk sekitar 42 RM untuk dewasa)
-          Butterfly Park (tiket masuk sekitar 18 RM untuk dewasa)
-          Orchid Garden
-          Tugu Negara
-          Rumah Tun Abdul Razak Memorial
-          Dan beberapa taman lain yang cantik

Hanya saja, saking luasnya area ini, cukup melelahkan kalau harus berjalan kaki karena dari satu taman ke taman lain jaraknya cukup jauh.


   



k.       KL Forest Eco Park

Kalau mau naik jembatan gantung beberapa tingkat dan melihat hutan mini di tengah kota, sila main ke KL Forest Eco Park. Tidak ada tiket masuk.  

 l.      Batu Caves

Dari KL Sentral kita harus naik commuter dan lanjut lagi menuju Batu Caves. Perjalanan sekitar 30-40 menit karena harus melewati beberapa stasiun.

Di sini ada beberapa gua dan untuk masuk ke dalamnya, sebagian besar bayar. Ada sih yang gratis, dan untuk melihatnya kita harus menaiki sekitar 300 anak tangga. Seru, kan! 



Oleh-oleh

Kalau kita ke Pasar Seni (Central Market) sebetulnya banyak barang-barang kerajinan yang ada di Indonesia, khususnya Jogja dan daerah lain. Paling untuk oleh-oleh, kita bisa membelikan cokelat, kaos, gantungan kunci atau miniatur landmark Kuala Lumpur.  

Untuk cokelat, bisa dibeli di Choc Boutique yang ada di Pasar Seni dan Jalan Alor. Cuma kalau saya bandingkan, harganya sedikit lebih mahal. Saya dapat harga yang lebih murah di dalam Central Market. Cuma seingat saya, tidak ada nama kiosnya. Selain itu, bisa juga dibeli di Supermarket Mydin.
Untuk kaos, gantungan kunci dan sejenisnya, bisa dibeli di Pasar Seni atau China Town. Sebaiknya cek harga dulu di beberapa toko supaya tahu harga pasaran karena harga di beberapa toko berbeda-beda. Tidak sedikit penjual yang menawarkan harga tinggi sekali. Kalau di Pasar Seni, boleh lho untuk menawar harga.  

Tempat Belanja

Di Kuala Lumpur, ada beberapa mal mewah; dua diantaranya Pavilion di Bukit Bintang dan Suria KLCC. Hampir sama dengan Grand Indonesia atau mal setingkat itu di Jakarta.

Sedangkan pusat belanja baju yang lebih murah ada di Kenanga. Saking penasaran karena menurut banyak orang harga di sana sangat murah, saya memaksakan diri untuk melihat ke sana. Untuk sampai ke sana agak ribet, ya. Dari Bukit Bintang kita harus naik Commuter ke Stasiun Hang Tuah. Lalu jalan kaki menuju Kenaga Wholesale City.

Cuma buat kita yang sering main ke Tanah Abang atau Thamrin City, barang-brangnya masih lebih bagus di TA atau Thamcit sih. Jadi mending beli di Jakarta aja deh :D Kalau cuma mau beli oleh-oleh khas KL, cukup ke Chinatown atau Pasar Seni.  

Makanan di Kuala Lumpur


Buat kita yang muslim, sebagian besar makanan di sana halal. Namun kurang variatif, lebih banyak kare dan sejenisnya. Ada sih makanan rumahan seperti di Indonesia. Saya sempat menemuinya di dekat stasiun Kuala Lumpur. Kalau soal kuliner, Indonesia juara! 

Selasa, 03 Mei 2016

Kurangi Kejahatan Seksual, Tugas Kita Semua

Kejahatan Seksual pada Anak, Tugas Kita Semua

Dari berita yang saya baca, pelaku pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Ananda Yuyun di Bengkulu, mengaku sering menonton adegan pornografi. Hal ini makin menguatkan data yang dikumpulkan dari Yayasan Kita dan Buah Hati bahwa pelaku kejahatan seksual dipengaruhi oleh, salah satunya pornografi.

Ada beberapa ciri anak kecanduan pornografi; sulit berkonsentrasi dan melakukan aktivitasnya karena otak depannya rusak, mudah marah, senang menyendiri, mudah berkata kotor/jorok, sering berkeringat, sering buang air kecil (sumber: materi ToT SEMAI-YKBH).

Tugas kita semua untuk membantu mengurangi kejahatan seksual pada anak.

Sebagai orangtua, kalau kita pada akhirnya memberikan anak akses menggunakan gadget, seberapa sering mengecek apa yang anak lihat, berupaya untuk diproteksi, games apa yang mereka mainkan, dan sebagainya.

Seberapa dekat dengan anak? Seberapa sering kita berdiskusi dan berkomunikasi dengan mereka? Seberapa sering kita memeluk dan membelai mereka?

Apakah kita sudah mengajarkan pendidikan seksualitas, menyiapkan masa puber mereka?
PKK, Posyandu, Ustadzah, akrabi orangtua dengan ilmu pengasuhan anak, terutama untuk mereka yang tinggal di daerah, yang mungkin kekurangan akses untuk membaca atau belajar.
Sekolah, peka terhadap kondisi murid. Kalau ada murid yang tiba-tiba jadi pendiam, dekati.  

Dari pihak RT/RW, sudahkah mengamati warnet yang ada di lingkungannya? Apakah mereka membolehkan anak-anak mengakses situs dan games yang mengandung pornografi?
Media, cek lagi aneka sinetron dan produk-produk hiburan lainnya yang banyak sekali yang tidak mendidik!  

Dan pihak-pihak lainnya, terutama kementerian terkait.

Semoga Allah Swt melindungi anak-anak kita semua.


Senin, 18 April 2016

Jangan Asal Resign! - Persiapan Bekerja dari Rumah

Tak sedikit ibu bekerja yang kerap diliputi rasa gundah. Di satu sisi, merasa masih perlu memberi kontribusi bagi keuangan keluarga, namun di sisi lain, khawatir dengan perkembangan buah hatinya karena merasa sedikit waktu di rumah. Apalagi jika anak dalam kondisi sakit, pada usia yang membutuhkan banyak perhatian dari orangtua, khususnya ibu. Kepusingan bertambah ketika  ART atau pengasuh harus pulang kampung.

Pernah berada di dalam posisi itu?

Saat kondisi itu terjadi, mungkin para ibu bekerja berpikir, gimana ya tetap bisa berkontribusi untuk keuangan keluarga tapi masih memiliki waktu lebih banyak untuk anak-anak?

Mungkin nggak sih? Bagaimana memulainya?

Buku “Jangan Asal Resign (untuk Ibu Bekerja)” diharapkan bisa memberi jawaban atas kegundahan tersebut. Buku ini memaparkan perencanaan yang perlu dilakukan seorang ibu untuk bekerja dari rumah; baik sebagai self-employed maupun business owner, karena keduanya memerlukan perencanaan yang berbeda. Begitu juga tantangan yang akan dihadapi dan solusinya. 


Diperkaya dengan wawancara dengan business coach Lyra Puspa dan Valentino Dinsi juga beberapa narasumber ibu yang sebelumnya bekerja kantoran lalu resign, kemudian sukses menjadi freelancer atau membuka usaha. 



Tertarik untuk membacanya? Buku terbitan Grasindo ini bisa dibeli di toko buku Gramedia di sleuruh Indonesia dan beberapa toko buku online. 

Terima kasih. Selamat membaca :)

Kamis, 07 April 2016

LGBT Ditinjau dari Aspek Neuropsikologi

(Ditulis berdasarkan paparan pemateri Dr. Ihsan Gumilar, pada ToT “Selamatkan Generasi Emas Indonesia”, 30 Maret 2016 di Kampus UNJ, kerjasama Rumah Parenting Yayasan Kita dan Buah Hati dan Pusat Studi Wanita UNJ)

Menurut ilmu neuroplasticity, otak dapat terus berkembang, fungsi dan struktur dapat berubah sesuai dengan perilaku dan pengalaman yang pemiliknya lakukan. Susunan saraf akan mengenali apa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pemiliknya. Bahkan dapat otak dapat merespon dan menyiapkan sesuatu yang dipikirkan atau diniatkan oleh pemiliknya.  

Ketika ada seorang laki-laki yang berprilaku seperti seorang perempuan dan didukung oleh lingkungan sekitarnya, otak akan menangkap sinyal tersebut. Konsep dirinya pun dapat berubah dan bukan tidak mungkin lambat laun ia akan merasa bahwa dirinya adalah perempuan. Terlebih jika ia banyak bergaul dengan pelaku homoseksual dan transgender.

Faktor-faktor  yang membentuk seseorang menjadi homoseksual memang ada yang disadari dan tidak. Bisa jadi karena pola pengasuhan yang kurang tepat atau pernah menjadi korban dari kejahatan seksual.

Catatan Penulis:

Dari paparan di atas, penting bagi orangtua untuk memerhatikan anak-anaknya. Mengenalkan anak akan jenis kelaminnya dan aktivitas-aktivitas penunjang. Saya teringat dengan seorang anak laki-laki (saat itu usianya masih SD). Ia senang bermain masak-masakan dengan teman-teman perempuan.

Oleh teman-temannya yang laki-laki, ia kerap dipanggil bencong.
“Ih, bencong! Mainannya masak-masakan!”

Meskipun saya bukan ibunya, namun ada kekhawatiran jika ucapan dari teman-temannya dapat mengubah konsep dirinya.
Saat itu saya panggil teman-teman yang mengatainya dan mengajak mereka bicara karena bisa jadi mereka tidak menyadari dampak dari apa yang mereka ucapkan.


Mulai dari diri kita sendiri, ayo kita selamatkan generasi emas Indonesia! 

Rabu, 06 April 2016

Benarkah Perilaku Homoseksual Bukan Sebuah Penyakit Gangguan Mental?

ToT SEMAI #1

(Ditulis berdasarkan paparan Dr. Ihsan Gumilar, pakar neuropsikologi dalam Training of Trainers SEMAI, di kampus UNJ, 30 Maret 2016)

Untuk menentukan apakah gejala-gejala yang dirasakan oleh seseorang dapat dikategorikan sebagai sebuah penyakit gangguan mental, psikolog maupun psikiater umumnya akan mengacu pada buku pegangan yang dinamakan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA).

Di dalam DSM-5, perilaku homosesual tidak tercantum di dalam buku tersebut. Namun, melihat perjalanan buku pegangan tersebut, ada hal penting yang perlu dicermati.
Sebagai sebuah buku pegangan, maka setiap perubahan (revisi) yang dilakukan mulai dari DSM-1 hingga DSM-5, sudah sepatutnya melalui penelitian yang memenuhi syarat.

Di dalam DSM-1 dan DSM-2, homoseksual sebenarnya ada di dalam kategori penyakit gangguan mental. Namun saat itu, sekitar tahun 1970-an di Amerika Serikat, gerakan feminisme yang semakin meningkat juga disertai dengan tuntutan dari aktivis LGBT yang meminta persamaan hak. Mereka menginginkan agar ‘homoseksual’ dicabut dari DSM. Akhirnya, dibentuklah sebuah komite untuk menentukan apakah homoseksual termasuk penyakit mental atau bukan.

Tanpa sebuah penelitian, hanya berdasarkan voting, perubahan besar terjadi di dalam DSM-2 cetakan keenam. Agar tidak terlalu menggegerkan, perlahan-lahan, dari mulai DSM-2 hingga sekarang, beberapa perubahan dilakukan terkait dengan penyakit homoseksual:
DSM-2 Revised (1973) : Homoseksual dianggap sebagai sexual orientation disturbance (ada gangguan).
DSM-3 (1980) : Ego-dystonic homosexuality; kalau penderita merasa tidak nyaman baru dapat dikategorikan sebagai penyakit. Ini yang banyak dipakai oleh psikolog.
DSM-3 Revised (1987) : sexual disorder not otherwise specified; dikategorikan sebagai penyakit yang tidak dikenal (unknown disease)
DSM-4 (1994) : kata homoseksual sebagai penyakit gangguan mental dihilangkan dari buku DSM tersebut.


Selain itu, meskipun pelaku homoseksual tidak menunjukkan gejala penyakit mental pada umumnya, seperti tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, untuk mempertimbangkan apakah itu digolongkan penyakit atau bukan harus melihat di mana kultur penyakit itu berada. Aspek kultur termasuk agama perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, jika di Indonesia semua agama telah melarang homoseksual dan transgender, pelaku LGBT perlu disembuhkan.